Jumat, 12 November 2010

menggali potensi dengan istighfar

[IMG]http://i991.photobucket.com/albums/af31/khabibie/Akyujpg_thumb.jpg[/IMG]
Cukupkah kita
beristigfar lantas dosa-
dosa kita berguguran?
Belum tentu. Istigfar
bukan semata-mata
ungkapan permohonan
ampun seperti
’ astahgfirullah hal
azhim’. Bukan pula
hanya mengalunkan
zikir-zikir ampunan di
dalam hati. Namun,
istigfar harus dipadukan
dengan kesadaran
untuk berubah.
Lalu, kesadaran seperti
apakah yang
dibutuhkan? Sederhana
sekali. Kesadaran akan
kesalahan-kesalahan
pada masa lalu, dan
mengikrarkan diri
untuk tidak akan
mengulangi kesalah-
kesalahan tersebut
pada masa kini dan
masa akan datang.
Allah menegaskan hal
ini dengan ungkapan
taubat sesungguhnya.
(QS At-Tahrim : 8).
Kesadaran untuk tidak
mau mengulangi dosa-
dosa pada masa lalu
itulah yang sebenarnya
mengantarkan kita
pada wujud takwa.
Beristigfarlah dan ikuti
setiap istigfar tersebut
dengan kesadaran. Ya,
kesadaran bahwa kita
telah salah dan tak
akan mengulangi
kesalahan tersebut.
Melaksanakan segala
perintah Allah, dan
mengikrarkan diri
untuk menjauhi
kesalahan-kesalahan
dan dosa yang dilarang
Allah.
Memang, sekuat apa
pun kita menghindari
dosa, kita tak akan
pernah mampu
mengelak dari
kesalahan dan dosa.
Oleh karena itu, Allah
sediakan fasilitas
istigfar sebagai wasilah
ampunan dari-Nya
untuk para hamba-Nya
yang ingin
memperbaiki diri.
Memadukan istigfar
dan kesadaran,
membuat kita
bertambah mantap
menjalani hidup.
Semakin hari, potensi-
potensi kebaikan kita
tumbuh berkembang,
karena kita selalu
belajar dari kesalahan,
dan tak mau
mengulanginya.
ALLAHU A'LAM

Tidak ada komentar: